Senin, 09 Agustus 2010

menyambut Ramadhan

Kepada semua orang tua siswa dan seluruh keluarga besar Laz. Insan Kamil, Assalamua'laikum. ....

Menyambut bulan suci Ramadhan yang akan kita jalani bersama,
atas nama para guru dan staf kami mengucapkan mohon maaf lahir bathin atas segala kesalahan baik disengaja
maupun tidak disengaja yang pernah dilakukan, semoga ibadah puasa kita
benar-benar dalam berjalan dengan hikmat dan khusyuk, dan meningkatkan keimanan
kita semua..amin

salam,

Hasan Mawardi

Senin, 02 Agustus 2010

ADA 3 JENIS GURU, ANDA TERMASUK YANG MANA?

By Munif Chatib
Dalam minggu ini penulis banyak menerima undangan berbicara dalam acara halal bihalal beberapa sekolah. Hampir kebanyakan yang hadir adalah semua pengurus yayasan, kepala sekolah dewan guru dan semua karyawan yang bekerja di sekolah tersebut. Seorang kawan yang kebetulan menjadi direktur di sebuah sekolah membisikkan sesuatu yang penting sebelum saya naik panggung.
“Pak Munif tolong beri motivasi dan semangat para guru ya agar mereka lebih baik lagi dalam bekerja”.
Memang sekolah sebagai institusi yang didalamnya wajib membutuhkan sentuhan manajemen sumber daya manusia, sebagai maqom manajemen yang tertinggi, guru adalah komponen yang maha penting.
Bahkan kualitas pendidikan bangsa ini banyak ditentukan oleh kualitas para gurunya. Guru adalah ‘bos in the class’. Guru adalah orang yang bertatap muka langsung dengan peserta didik. Artinya roda komunitas yang bernama sekolah sangat diwarnai oleh kinerja para gurunya.
Pentingnya peranan dan kualitas seorang guru berdampingan dengan banyaknya problematika yang dihadapi oleh para guru. Hal yang mendasar pada problem tersebut adalah ‘KEMAUAN’ untuk maju. Apabila kita percaya tidak ada siswa yang bodoh dengan multiple intelligences-nya masing-masing, maka kita juga harus percaya bahwa ‘tidak ada guru yang tidak becus mengajar’. Hanya saja kenyataan yang terjadi adalah keengganan guru untuk terus belajar dan bekerja dengan baik disebabkan oleh tidak adanya ‘KEMAUAN’ untuk belajar dan maju.
Saya sangat setuju dengan pernyataan seorang teman yang memimpin sebuah sekolah yang berkualitas. “Pak Munif tidak semua guru lho mau diberikan pelatihan. Jika seperti itu maka sebagus apapun materi dan kemasan dalam pelatihan itu, biasanya guru tidak akan berhasil mengambil manfaat dari pelatihan itu. Oleh sebab itu, saya merancang sebuah sesi pendaftaran kepada guru-guru saya yang ‘MAU’ ikut pelatihan dengan batasan waktu. Dari situ saja saya sudah tahu, mana guru yang ‘tertarik’ dan ‘tidak tertarik’.
Dua tahun yang lalu pemerintah memulai melaksanakan program sertifikasi guru. Program ini sebenarnya diawali dari sebuah hipotesa, bahwa guru yang professional dan berkualitas akan terwujud apabila kesejahteraannya mencukupi. Sebaliknya jangan harap seorang guru akan professional, jika kesejahteraannya tidak mencukupi untuk kehidupan sehari-hari.
Beberapa bulan yang lalu, ternyata hipotesa itu terjawab. Dari data statistik yang dianalisa oleh teman-teman asesor menyebutkan bahwa para guru penerima tunjangan profesi yang cukup besar, ternyata belum menunjukkan kemajuan kualitas dalam proses mengajarnya. Mereka tidak berubah, mengajar biasa-biasa saja. Meskipun mereka sudah menerima tunjangan profesi sebagaimana yang diharapkan pemerintah untuk menjadi guru yang professional dengan berbagai kriteria yang sudah ditentukan dalam proses sertifikasi guru.
Jadi menurut penulis ada hipotesa baru, yaitu ‘besarnya penghasilan guru belum tentu menjadi penyebab berkembangnya kualitas guru dalam bekerja’.
Dilihat dari faktor ‘KEMAUAN’ untuk maju, maka ada 3 jenis guru.
Pertama, ‘GURU ROBOT’, yaitu guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka yang peduli kepada beban materi yang harus disampaikan kepada siswa. Mereka tidak mempunyai kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam menerima materi. Apalagi kepedulian terhadap masalah sesame guru dan sekolah pada umumnya. Mereka tidak peduli dan mirip robot yang selalu menjalankan peritnah berdasarkan apa saja yang sudah di programkan. Guru jenis ini banyak sekali menggunakan ungkapan seperti ini.
“Wah …itu bukan masalahku…itu masalah kamu. Jadi selesaikan sendiri ….” Atau
“Maaf aku tidak dapat membantu … sebab hal ini bukan tugas saya…”.
Kedua, ‘GURU MATERIALIS’, yaitu guru yang selalu melakukan hitung-hitungan, mirip dengan aktivitas bisnis jual beli atau yang lainnya. Parahnya yang dijadikan patokannya adalah ‘HAK’ yang mereka terima. Barulah ‘KEWAJIBAN’ mereka akan dilaksanakan sebesar tergantung dari HAK yang mereka terima. Guru ini pada awalnya merasa professional, namun akhirnya akan terjebak dalam ‘KESOMBONGAN’ dalam bekerja. Sehingga tidak terlihat ‘benefiditasnya’ dalam bekerja. Ungkapan-ungkapan yang banyak kita dengan dari guru jenis ini antara lain:
“Cuma digaji sekian saja … kok mengharapkan saya total dalam mengajar… jangan harap ya …”.
“Percuma mau kreatif, orang penghasilan yang diberikan kepada saya hanya cukup untuk biaya transport…”.
“Kalau mengharapkan saya bekerja baik, ya turuti dong permintaan gaji saya sebesar …..”.
Dan seterusnya …
Ketiga, ‘GURUNYA MANUSIA’, yaitu guru yang mempunyai keikhlasan dalam hal mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjaannya adalah membuat para siswanya berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas untuk introspeksi apabila ada siswanya yang tidak bisa memahami materi ajar. Guru yang berusaha meluangkan waktu untuk belajar. Sebab mereka sadar, profesi guru adalah makhluk yang tidak boleh berhenti untuk belajar. Guru yang keinginannya kuat dan serius ketika mengikuti pelatihan dan mengembangan.
GURUNYA MANUSIA , juga manusia yang membutuhkan ‘penghasilan’ untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bedanya dengan GURU MATERIALIS, GURUNYA MANUSIA menempatkan penghasilan sebagai AKIBAT yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya. Yaitu Keikhlasan mengajar dan belajar.
Sudah banyak contoh yang mana rizki seorang guru tiba-tiba diguyur oleh Allah SWT dari pintu yang tidak terduga, atau dari akibat guru tersebut terus menerus belajar.
Ada teman guru yang mendapatkan kesempatan ‘belajar’ di luar negeri sebab mempunyai prestasi dalam membuat lessonplan. Ada teman guru mendapatkan rizki sebab dengan tekun menulis buku ajar untuk siswa di sekolah tempat dia bekerja. Ada teman guru yang menulis kisah-kisah yang unik yang dialami di kelas pada saat dia belajar. Ada teman guru yang sekarang menjadi ‘bintang’ banyak sekali dibutuhkan pemikiran-pemikirannya untuk banyak guru di Indonesia, dan lain-lain.
Walhasil, Allah tidak maha mendengar. Maha melihat dan maha mengetahui apa yang dinginkan oleh hambanya yang bertawakkal.
Sekarang … tundukkan wajah sejenak. Ambil nafas … lakukan instropeksi. Anda termasuk guru jenis yang mana? Bagaimanapun anda. Sekarang anda sudah tahu harus bagaimana menjadi seorang guru yagn professional.

KECERDASAN ANAK TIDAK TERKAIT DENGAN HASIL TES STANDAR

Munif Chatib
Pernahkah kita sebagai guru atau orangtua terjebak dalam situasi seperti di bawah ini. Dengan tangan gemetar, anak kita memberi secarik kertas hasil ulangan harian matematikanya. Gemetar dan mulai terisak, sebab dapat nilai 5. Bayangkan! Pasti banyak dari kita yang juga gemas dan mungkin ikut menangis melihat hasil kerja anak kita.
“Ya Allah nak …ini tahun udah hampir 2010 matematika dapat 5? Sudah gak musim nak! Kalau kamu begini terus nanti kamu jadi apaaaaa!!!
Biasanya adegan selanjutnya adalah anak dengan pasrah terdiam menampung amarah orangtua baik bola salju bergulir. Bahkan tidak sedikit yang berakhir dengan ‘pemukulan’
Saya sendiri heran, kejadian di atas ternyata masih banyak dialami oleh orangtua yang mempunyai background pendidikan yang lumayan tinggi, bahkan S2. Mengapa susah sekali memberi pemahaman kepada para orangtua bahwa kesuksesan dan kecerdasan anak kita sama sekali tidak terkait dengan hasil tes-tes standar. Mengapa tidak terkait? Ada dua alasan yang perlu kita pahami.
Pertama, nilai hasil tes standar yang didapat oleh anak kita sangat tergantung dari kualitas soal-soal yang dibuat oleh guru atau pengawas (baca: pembuat soal). Dalam ‘penilaian modern’ yang dikenal dengan authentic assessment erdapat konsep yang harus diketahui banyak orang, yaitu: SOAL YANG BERKUALITAS ADALAH SOAL YANG DAPAT DIKERJAKAN OLEH SISWANYA.
Nah … sampai disini kita para orangtua jika mendapatkan nilai tes anak kita rendah, maka yang harus kita lihat dulu adalah ‘SOALNYA’ jangan buru-buru menghukum anak kita dengan kata-kata yang menyakitkan hati anak kita.
“Dasar kamu bodoh!”
“Masa soal semudah ini kamu gak bisa!”
“Dulu mama selalu dapat nilai bagus, kamu kog gak bisa sih seperti mama!”
Dan ratusan lagi kalimat yang akan membentuk ‘self image’ anak kita negatif.
Lebih baik evaluasi soal yang diberikan kepada anak kita. Terlalu banyak kejadian, sebenarnya anak kita mampu mengerjakan, hanya karena instruksi soal yang tidak jelas atau sengaja dibuat tidak jelas, maka akhirnya anak kita tidak mampu atau salah dalam menjawabnya.
Kriteria soal yang tidak berkualitas oleh beberapa ahli pendidikan dinamakan ‘disabillity test’ atau tes ketidakmampuan. Soal-soal tersebut mempunyai ciri-ciri di bawah ini:
•Instruksi soal yang tidak jelas dan dibuat sulit dipahami.
•Soal yang mempunyai satu jawaban tunggal.
•Soal yang mempunyai rubrik penilaian tunggal.
•Soal yang berhenti pada tangga terendah yaitu PENGETAHUAN.
•Soal yang tidak mempunyai ‘range’ dan tidak familiar.
1. Instruksi soal yang tidak jelas dan dibuat sulit dipahami.
Contoh: Di bawah ini yang tidak termasuk kecuali ……
2. Soal yang mempunyai 1 jawaban tunggal.
Contoh 1: Peraturan dibuat untuk …
a) Dilaksanakan
b) Menjadi baik
c) Dipahami
d) Agar tidak melanggar
Contoh 2: Pintu kamar mandi terbuat dari …
a) Bambu
b) Kayu
c) Seng
d) Plastik
Sang pembuat soal model di atas mengharapkan siswa melingkari 1 jawaban yang benar menurut persepsinya. Hal inilah yang membuat anak-anak kita salah dalam menjawab, sebab persepsi anak kita berbeda dengan persepsi pembuat soal. Coba perhatikan betapa banyak soal-soal anak kita seperti yang dicontohkan di atas. Lalu jika anak kita salah melingkarinya, kita spontan memarahi anak kita. Kita menyakiti hatinya. Kita membangun kaki-kaki negatif pada ‘konsep diri’nya. Pembuat soal dan orangtua yang terjebak dalam kondisi seperti ini harus ‘istighfar’.
3. Soal yang mempunyai rubrik penilaian tunggal. Soal yang sesuai dengan konsep penilaian otentik, minimal harus mempunyai dua rubrik penilaian. Jika soal tersebut mempunyai 1 rubrik penilaian, maka soal tersebut bukanlah soal otentik. Soal tersebut tergolong dalam ‘disability test’ atau tes ‘ketidakmampuan’
• Contoh soal multiple choice adalah soal yang mempunyai rubrik penilaian tunggal, yaitu benar atau salah. Itu saja.
• Contoh soal penilaian otentik adalah “Tulislah dengan pemahaman anda apa saja yang menyebabkan terjadinya perang Diponegoro.” Rubrik penilaian yang dibuat oleh pembuat soalnya adalah:
a) Kualitas ketepatan jawaban
b) Jumlah paragraf yang ditulis siswa
c) Alur penjelasan
d) Dan lain-lain
Nah tentunya anda dapat menilai soal mana yang berkualitas. Sampai di sini, kita langsung tersentak dan tersadar. Bagaimana kuailtas soal UASBN /UNAS yang mana menggunakan multiple choice? Lalu hasil UASBN/UNAS digunakan menentukan standar kelulusan anak kita dari jenjang satu ke jenjang yang lain. Lalu dengan UASBN / UNAS jutaan orangtua kebingungan , was was dan stres menjelang UASBN / UNAS anaknya. Penekanan belajar kognitif ditingkatkan. Sampai otak anak kita mengalami ‘down shifting’ (mengkerut). Lalu paradigma orangtua berubah menjadi menyekolahkan anaknya dengan target tunggal yaitu nilai UASBN /UNAS nya berhasil dan tinggi. Saya membayangkan setiap tahun berapa banyak anak-anak kita dan kita sebagai orangtua tertimpa ‘musibah psikologis’ seperti ini.
Apalagi jika anak kita berhasil lulus, hasilnya masih dibandingkan dengan nilai yang didapat oleh anak lain atau sekolah lain. Lalu jika anak kita tidak lulus, langsung terjadi ‘kerapuhan mental beajar’, rasa ‘bodoh’, tidak percaya diri dan lain-lain. Bahkan banyak kasus di beberapa daerah yang ‘bunuh diri’ sebab TIDAK LULUS UASBN/UNAS.
4. Soal yang berhenti pada tangga terendah yaitu ‘PENGETAHUAN’. Betapa banyak soal-soal anak kita yang menghandalkan anak kita ‘hafal’. Namun tidak diikuti dengan naiknya tangga kualitas, yaitu pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa, evaluasi, dan membuat produk kreatifitas. Sekali lagi hanya berhenti pada PENGETAHUAN dengan konsep pertanyaan klasik Who, What, When, Where.
Contoh:
•Siapakah penemu listrik …
•Dan lain-lain ….
•Dimanakah Sunan Kalijaga di makamkan?
•Apakah yang dimaksud dengan teori fisika quantum?
•Pada tahun berapakah terjadi perang Babat?
5. Soal yang tidak mempunyai ‘range’. Artinya pembuat soal tidak memberikan batasan batas materi yang akan diujikan. Atau soal dibuat berbeda dengan ‘range’ yang sudah disepakati.
Contoh:
Guru berkata kepada siswa-siswanya, “Anak-anak minggu depan ulangan bab 1 dan bab 2 ya …” Begitu hari H, soal yang dikeluarkan adalah bab 5. Nah hal ini tidak sesuai dengan range.
6. Soal yang tidak familiar. Artinya, terutama soal matematika, sains dan lainnya harus lah melalui pelatihan reguler setiap harinya. Soal-soal kognitif yang sudah di ‘drill’ setiap harinya itulah mestinya menjadi bahan untuk membuat soal sesunguhnya. Sayang sekali, betapa banyak anak-anak kita waktu mengerjakan soal UASBN /UNAS menemukan jenis dan model soalnya baru diketahui pada detik itu juga. Anak-anak setiap harinya tidak pernah menjumpai soal dengan model seperti itu. Nah inilah yang dimaksud dengan soal kognitif yang ‘tidak familiar’.
Nah, sungguh tulisan ini saya maksudkan untuk memberi pemahaman terutama buat orangtua, agar lebih luas memandang hasil tes anak kita. Agar lebih cerdas menganalisa hasil tes anak kita. Tanpa kita buru-buru menyalahkan anak kita dengan kata-kata ‘bodoh’, ‘bahlul’, dan kata-kata lain yang menyakitkan hati.
Terakhir, saya memohon kepada para orangtua, agar sekolah anak kita tidak ditujukan untuk mencari nilai yang tinggi. Dengan beban bidang studi terbanyak di seluruh dunia, jangan lagi anak kita tertekan dengan adanya ‘pintu gerbang terakhir yang menyerapkan’ yaitu harus lulus tes dengan nilai tertinggi.
Ingat, sekolah itu tempatnya anak berbuat salah. Tempatnya anak tidak bisa. Untuk itulah anak kita disekolahkan agar cerdas dan baik. Sekolah bukan perusahaan yang di dalamnya harus berisi karyawan-karyawan yang menunjukkan produktivitas. Kalau bisa jangan ada kesalahan. Yang sering terjadi adalah konsep di perusahaan ditarik ke sekolah.
Beberapa teman, sudah sadar dan mengatakan kepada saya. “Pak Munif saya sekarang tenang. Saya tidak pernah menghukum dan mencela apalagi memaksa anak saya untuk mendapatkan nilai-nilai yang tinggi di sekolahnya. Saya sekarang lebih banyak berbicara tentang isi dari soal-soal dengan anak saya dan gurunya. Saya ulang kembali, kenapa anak saya salah menjawabnya. Eh ternyata anak saya bisa kok menjawabnya, meskipun dengan cara yang lain dan unik.

ISLAMIC CHARACTER BUILDING SEBAGAI BIDANG STUDI DI SMP LAZUARDI INSAN KAMIL (LIK) SUKABUMI

By Munif Chatib
Alhamdulillah saya dibantu beberapa teman-teman yang peduli pada kualitas pendidikan di negara ini diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk mendisain sebuah sekolah yang mempunyai visi ‘The Leader School, artinya mencoba membantu para siswanya menjadi pemimpin yang berakhlakul karimah sesuai dengan multiple intelligencenya dan diharapkan mempunyai benefiditas untuk banyak orang dan agamanya. Jenjang sekolah ini adalah SMP, boarding school dan khusus putra.
Sekolah ini terletak di daerah Salabintana Sukabumi. Udaranya sejuk, menurut neorologi, lingkungan sekolah yang sejuk, banyak oksigennya akan memuaskan otak reptil kita. Otak reptil adalah otak pertama yang dilalui oleh informasi dari tulang belakang. Kalau otak reptil terpuaskan, biasanya otak limbik dan neo cortexnya juga terpuaskan, Sehingga para pelajar dapat nyaman dalam belajar. Persis ketika perut anda lapar sekali, lalu anda makan di sebuah restoran yang ruangannya bagus, ber-ac, asri, di dindingnya ada gambar makanan dan minuman yang memancing selera. Pasti anda ingin langsung melahap makanan dan minumannya begitu seorang pelayan menyajikannya. Itu artinya ruangan dan lingkungan restoran tersebut memuaskan otak reptil kita. Begitu juga sekolah SMP LIK, suasananya cocok sekali untuk belajar.

Namun yang ingin saya informasikan bukan hanya suasana sekolah itu, namun konten kurikulumnya yang luar biasa. Salah satunya ada bidang studi yang kita namakan Islamic Character Building (ICB). ICB akan cukup banyak mewarnai sekolah ini. Mengapa poin intinya pada akhlak? Kita percaya fungsi akhlak sangat penting dalam proses pendidikan. Tepatnya sangat amat teramat penting. Seperti sebuah perjalanan pendakian, akhlak ini berfungsi sebagai rambu atau cahaya penerang. Sepandai apapun seorang pendaki, jika tidak memahami rambu, apalagi tidak mempunyai cahaya untuk melewati jalan setapak yang gelap, kemungkinan besar pendaki tersebut akan jatuh ke dalam jurang dan mati.
Memang, dahulu, sempat ada wacana, diknas akan mempopulerkan bidang studi ‘budi pekerti’, namun sampai sekarang tidak kunjung ada.
Pendidikan akhlak di SMP LIK memang menjadi prioritas. Mengapa? Kita kembalikan kepada hakekat tujuan sebuah proses pembelajaran. Nabi besar kita, Muhammad Rasulullah Saaw adalah maha guru. Islam hakekatnya adalah ilmu yang komprehensif yang disampaikan oleh Rasul. Perhatikan visi Rasul ketika menjelaskan tentang perannya sebagai maha guru.
“Sesungguhnya aku diutus, utamanya untuk memperbaiki akhlak”.
Dan kalau pernyataan yang luar biasa tersebut, ditarik lebih jauh, mestinya visi utama dari sebuah sekolah adalah membangun pelajarnya menjadi insan kamil.
Dalam sebuah diskusi tentang disain kurikulum SMP LIK ini bersama teman-teman. Bapak Haidar Baqir, sebagai salah satu disainer sekolah ini mengatakan, jika di Singapura target sekolah adalah membuat semua pelajarnya menjadi ‘good citizen’, maka sebenarnya itu belum cukup. Rasul mengajarkan kepada kita institusi sekolah harus sampai pada pembentukan karakter pelajarnya menjadi insan kamil.
ICB dengan Riset Masyarakat
Saya sengaja mengawali informasi ICB dengan strategi belajarnya, bukan kontennya. Sebab menurut saya strategi belajar inilah yang membuat ICB berhasil.
Materi akhlak dikemas dalam bentuk riset. Bayangkan, misalkan pada materi tentang “Kebiasaan Beramal’ maka para siswa diajak melakukan riset turun ke masyarakat dengan berbagai lapisan tingkat ekonomi. Mereka pelajari kenapa ada masyarakat yang miskin dan kaya. Apa penyebabnya. Lalu mereka memikirkan solusinya. Dari situlah mereka benar-benar memahami kenapa kita harus beramal. Beramal adalah solusi untuk sebuah masalah publik. Lalu beramal seperti apa yang tepat? Apakah beramal itu hanya dengan harta? Bagaimana anak SMP kelas 1 harus beramal melihat dengan mata kepalanya sendiri ada puluhan masyarakat yang harus dibantu. Pastinya pengalaman pembelajaran ini tidak akan lupa seumur hidup.
Hal ini hanyalah salah satunya dari strategi multiple intelligence yang diaplikasikan untuk bidang studi ini. Banyak lagi strategi yang emnarik dan mengesankan. Saya hanya berharap materi akhlak ini menjadi materi praktis yang langsung dapat diaplikasikan. Orang bijak berkata: “Jika anak kita menjadi manusia berakhlakul karimah, pasti anak kita mempunyai daya manfaat buat banyak orang, dan orang yang bermanfaat bagi yang lainnya, pastilah cerdas.”
Alamat Sekolah
Jl. Salabintana Km. 6 Kp. Nyangkokot Rt. 01/03 Ds. Karawang Kec. Sukabumi, Sukabumi 43151
Telp (0266) 6248274 atau
0817109392 (Hasan M)
web: sekolah-unggul.com

BAGAIMANA KITA MUDAH BELAJAR

by: munifchatib
Tahukah kita kalau kecepatan otak kita menyerap informasi 1.287 km/jam. Artinya kapasitas dan kemampuan otak kita ini luar biasa. Bill Gates sampai mengatakan otak kita ini adalah raksasa yang tidur. Kenyataanya kita sangat amat teramat belum mampu memaksimalkan otak kita. Sebab jika arus informasi ini lancar, maka kita akan lebih mudah memahami dan belajar apapun.
Sangat pentng, kita sebagai manusia pembelajar untuk mengetahui arus informasi sampai dikelola oleh otak kita. Perjalanan informasi ini sangat menarik untuk divisualiasikan.
Pertama, informasi yang di dapat dari indera kita akan melewati batang otak yang disebut otak reptil. Otak reptil ini menguasai dunia fisik. Artinya kalau informasi yang masuk dalam otak kita dan lingkungan kita memuaskan otak reptil kita maka informasi tersebut akan diterima dengan baik. Coba bayangkan anda sedang lapar lalumakan di warung yang panas, bau, dan banyak lalat. Seenak apapun makanan kita, pasti otak reptil kita memerintahkan kita untuk ‘get out from here’. Bandingan dengan kita makan di restoran yang sejuk, asri dan nyaman. Pasti kita nikmat menikmati hidangan.
Setelah informasi tersebut memuaskan otak reptil, maka diteruskan ke otak limbic atau mamalia. Otak limbic ini menguasai dunia emosi. Artinya kita sebagai penerima informasi harus mempunyai kondisi emosi yang stabil. Kita tidak dalam kondisi stress, tertekan, dan tegang. Kondisi emosi kita harus positif, maka otak mamalia akan terpuaskan. Contoh mudahnya, sebagai pelajar berangkat pagi ke sekolah dengan ceria, dapat dukungan dari orangtua, pr sudah dikerjakan. Pasti begitu mengikuti pelajaran di kelas, biasanya lancar. Beda dengan sebelum berangkat sudah dimarahi oranguta, pr belum dikerjakan dan ada masalah dengan teman. Saat menerima informasi dari guru, biasanya tidak lancar.
Setelah lolos dari otak limbic, maka informasi akan masuk ke otak yang disebut neo cortex. Neo cortex ini adalah sang pemikir. Artinya sesulit apapun informasi yang diterima, apabila memuaskan otak reptil, memuaskan otak, maka neo cortex akan mempunyai potensi yang besar untuk menganalisa informasi yang sulit itu.
Jadi bisa disimpulkan, bila kita sebagai pelajar menerima informasi tentang rumus-rumus yang memusingkan akan menjadi mudah kita memahami matematika, bila otak reptil dan otak limbic terpuaskan.
Jadi ada tiga kata kunci yang penting untuk memudahkan kita belajar, yaitu LINGKUNGAN NYAMAN, EMOSI POSITIF, dan KEMAMPUAN BERPIKIR.

agenda kunjungan

rencana kunjungan
...
From:
hasan mawardi
...
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kepada seluruh wali siswa SMP Laz. Insan Kamil, dalam rangka meningkatkan wawasan dan kecintaan membaca dan menulis para siswa, pada hari Rabu, 4 Agustkus 2010 inysaAllah siswa Laz. Insan Kamil akan mengadakan kunjungan ke Harian Radar Sukabumi.

kami memohon doanya semoga kegiatan tersebut berjalan dengan lancar , para siswa dapat mengetahui bagaimana proses oprasional sebuah harian secara langsung sebagai bahan pembelajaran bagi para siswa.


wassalam,

hasan mawardi

syukron

SMP Lazuardi Insan Kamil Sukabumi mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada komite sekolah yang sudah banyak sekali memberi masukan sehingga kami bisa terus berbenah diri memberikan yang terbaik. insyaallah jadwal pengajian USt. Husein Alatas dan OL (obrolan lepas) dengan Pak Munif Chotib bisa berjalan sesuai rencana, dua hari dalam sebulan.