Kamis, 23 Desember 2010

Pendaftaran Siswa Baru

SMP Lazuardi Insan Kamil Sukabumi membuka pendaftaran siswa baru untuk tahun ajaran 2011/2012. untuk informasi dan pendafatran hubungi 0266-6248274 (Fadhil) atau 0817109392 (Hasan Mawardi)

Sabtu, 04 Desember 2010

PERBURU APEL EMAS DI SMP LAZUARDI INSAN KAMIL SUKABUMI

By Munif Chatib

Masih ingat note saya di facebook berjudul kerja sama pasukan elang di SMP Lazuardi Insan Kamil Sukabumi. Ternyata hasil dari pembelajaran tersebut dahsyat. Dua minggu setelah kelas tersebut, bersamaan dengan meletusnya gunung Merapi, beredar isu lewat sms. Isinya akan terjadi gempa di Sukabumi pada pukul 20.00 sampai 22.00 wib malam itu. Kontan saja seluruh isi sekolah panik.

Menjelang pukul 20.00, seluruh siswa keluar dari kamar masing-masing dan berkumpul di aula. Ada fenomena lain yang terjadi malam itu.
“Ian, sini tidur dekat aku, jangan jauh-jauh,” pinta Ja’far. Padahal Ian terkenal siswa yang paling jahil dan punya hobi menggoda teman-temannya pada saat tidur. Namun malam itu wujud nyata kebersamaan terjadi. Pada saat mereka dihadapkan dengan bahaya, mereka langsung berinisiatif untuk saling melindungi satu sama lain. Mereka lupakan ketidak cocokannya. Mereka tinggalkan itu. Satu sama lain saling melindungi. Sebuah kerja sama yang cantik dari PASUKAN ELANG.

24 November 2010, kembali saya mengajar di SMP LIK Sukabumi. Seperti biasanya pagi hari saya berbincang dengan kepala sekolah dan beberapa teman guru. Dan muncul masalah baru yaitu kerjasama antar siswa masih belum bisa bertahan lama. Artinya jika tidak ada momen yang spesial, maka mulailah para siswa memunculkan kebiasaan jeleknya, misalnya saling mengejek, usil, dan lain-lain.

Saya memulai pelajaran dengan membawa tumpukan gambar apel berwarna warni, ada merah, biru, hijau, dan hitam. Lalu saya selipkan sebuah gambar apel yang spesial, yaitu apel emas. Berkali-kali saya tunjukkan gambar apel emas tersebut kepada siswa.

“Semua apel yang berwarna warni itu jumlahnya banyak, tapi ada yang spesial hanya satu apel, yaitu apel emas.”

Setelah itu saya minta semua siswa keluar kelas menuju halaman sekolah yang cukup luas. Saya meminta tiga orang siswa untuk membawa tumpukan gambar apel tersebut. Dengan aba-aba dari saya kami berempat melempar gambar-gambar tersebut ke udara.

“Dengan hitungan ke tiga, hanya 15 detik, kalian harus ambil sebanyak-banyaknya gambar apel tersebut. Satu .. dua ..tiga ....” instruksi saya.

Dan mereka semua berebut untuk memungut apel sebanyak-banyaknya. Pasti yang mereka buru adalah apel emas. Ada yang terjatuh, ada yang hanya dapat sedikit, sebab badannya kecil, terpelanting oleh teman-temannya yang berbadan besar.
Setelah mereka berebut berjuang mendapatkan gambar apel tersebut, saya minta untuk kembali ke kelas. Saya minta mereka menghitung jumlah apel yang berhasil didapat. Ada yang mendapat hanya 3 apel, ada yang 18 apel, dan ketika saya tanya siapa yang mendapat apel emas. Si Farhan langsung angkat tangan dengan wajah gembira. Semua tepuk tangan atas keberhasilan Farhan.

“Sekarang kalian punya waktu 3 menit untuk saling berbagi apel-apel itu. Memang sih kalian tadi mendapatkannya dengan susah payah. Terserah kalian mau memberi atau tidak. Jadi yang mendapat sedikit, karena usahanya hanya sedikit, silahkan meminta apel lain dari teman-temannya yang mendapat banyak apel,” saya memberi instruksi.

Spontan kelas menjadi riuh. Ada yang dengan rela membagi. Namun ada yang mempertahankan.
“Aku tadi sampai terjatuh lho, jadi aku gak akan berikan satupun apelku.”
“Okey aku beri tapi yang warna hitam saja ya. Aku tidak suka warna hitam.”

Si Diki dengan susah payah merayu Farhan untuk mendapat apel emasnya. Farhan semula menolak. Namun rayuan Diki membuatnya luluh.
“Aku berjanji akan membersihkan kamarmu selama tiga hari.” Akhirnya Farhan pasrah memberi apel emas itu kepada Diki. Di belakang bangkunya Diki meloncat-loncat kegirangan sebab berhasil merayu Farhan.

Setelah acara minta dan bagi selesai. Saya minta mereka menghitung perolehan nilai atas masing-masing usahanya. Nilai masing-masing apel saya catat di papan tulis dan semua siswa langsung menghitungnya.

Nilai apel berwarna merah = 5, hijau = 10, biru – 20, hitam = 50. Wow ... mereka bersorak saat menghitung. Ada yang gembira ada yang sedih, sebab melepaskan apel hitam. Ternyata warna hitam mempunyai nilai tinggi. Lalu saya lanjutkan dengan pertanyaan.

“Siapa yang memegang apel terbanyak?” Ada 4 siswa yang angka tangan, masing-masing mendapat 12 gambar apel. Saya menanyakan bagaimana bisa sampai mendapatkan 12. Mereka menjawab dengan meminta sebanyak-banyaknya dari teman-temannya.
“Siapa yang mendapat apel paling sedikit?” Si Syarif angkat tangan.
“Tadi kamu mendapat berapa apel?”
“Sepuluh, sekarang hanya dua.”
“Kok bisa?”
“Ya saya gak tega teman-teman meminta kepada saya. Ketika satu apel saya berikan, yang lainnya juga meminta. Ya saya berikan saja. Apalagi ada teman yang hanya mendapat sedikit apel,” jawab Syarif.
Lalu saya berikan nilai.
“Yang memegang apel terbanyak, nilainya minus 500, sedangkan yang memegang apel paling sedikit, nilainya plus 500.”
Sekali lagi mereka berteriak, sama sekali tidak menyangka akan nilai-nilai yang saya sebutkan.
“Siapa yang memegang apel emas?” tanya saya.
Dengan wajah ceriah Diki langsung angka tangan dan bercerita bagaimana usaha dia mendapatkan apel tersebut dari Farhan.
“Yang memegang apel emas, nilainya ..... minus 1000.”

Wow .. kelas jadi ramai sekali. Ada yang bertepuk tangan. Ada yang tertawa. Tentunya ada yang paling sedih yaitu Diki. Farhan sampai menari-nari kegirangan, sebab dia yang berikan apel emas tersebut kepada Diki. Akhirnya tercatatlah siapa saja siswa yang mendapatkan nilai tertinggi dan terendah.

Lalu saya mulai memberi ‘teaching point’ kepada semua siswa. Mereka antusias mendengarkan.

“Coba bayangkan jika sebelum saya sebarkan gambar apel berwarna warni tadi, saya munculkan nilai-nilainya terlebih dahulu. Apa yang terjadi? Tentunya kalian tidak akan berebut mendapatkannya. Dan tidak akan pernah mengambil apel emas. Benarkan? Tapi karena kalian silau dengan penampilan luar, dengan bentuk luar dari seseorang. Lalu jika kalian tahu jika lebih banyak memberi itu nilainya tinggi, pasti kalian akan berikan semua apel tersebut. Tapi saya lihat tadi sampai ada yang merayu-rayu untuk meminta apel kepada teman-temannya. Jika kalian tahu meminta itu nilainya minus, pasti kalian tidak akan pernah meminta. Padahal kalian tahu, dalam Islam, kita dianjurkan untuk memberi sebanyak-banyaknya, bukan meminta sebanyak-banyaknya.”

Semua wajah-wajah siswa seakan-akan ada bintang yang menyinarinya. Saya melihat mulai ada raut kesadaran dan pemahaman dari permainan berburu apel emas tadi. Lalu saya keluarkan dua buah apel beneran. Satu apel yang besar, ranum, warnanya merah mudah, sangat menggiurkan. Satu lagi apel kecil yang busuk.
Ketika saya tanya, jika kedua apel ini adalah teman-teman kalian, manakah yang kalian pilih?”
Semua menjawab apel yang bagus. Tidak mau apel yang busuk. Lalu momen yang dahsyat terjadi. Saya membelah kedua apel itu secara melintang. Ternyata sama-sama mempunyai bintang di dalamnya. Dan pada bintang itu sama-sama mempunyai beberapa biji apel.

“Lihatlah, apel yang baik ini, di dalam dirinya ada bintang. Bintang itu lambang kesuksesan. Lalu lihatlah apel busuk yang kalian hindari, ternyata juga mempunyai bintang. Tidak hanya itu, apel busuk itu juga mempunyai biji. Coba kalian ambil satu biji, tanam, akan menajdi sebuah pohon apel yang mempunyai puluhan buah apel yang baik.”

Saya meminta siswa melingkar, saya meminta masing-masing jujur menilai sisi buruk dari teman-temannya. Yang paling banyak mendapat sisi buruk tentunya yang paling jahil, yaitu Ian dan Robi. Semua siswa juga mempunyai label sisi buruk. Masih di dalam lingkaran saya berkata.

“Adik-adik, saya salut ketika dua minggu lalu ada isu gempa di sini. Kalian menunjukkan kerjasama yang luar biasa. Namun dalam keseharian, kerjasama itu luntur kembali. Mengapa? Sebab kalian belum punya cantolan untuk mengaitkan tali kerja sama satu sama lain. Kenapa tidak punya cantolan? Sebab kalian selalu memandang sisi buruk dari diri masing-masing. Sisi buruk itu kalian sebutkan barusan. Ian si jahil. Robi si penganggu, dan lain-lain. Kalian masih memandang satu sama lain seperti memandang apel yang busuk. Padahal hari ini kalian tahu di dalam apel tersebut ada bintang. Bintang adalah cantolan yang harus kalian dapatkan hari ini. Sehingga lingkaran ini tidak akan pernah putus, jika diberikan tali yang kuat. Cantolan itu adalah pengait tali itu. Ayo sekarang munculkan bintang pada diri kalian. Munculkan cantolan itu agar tali bisa dikaitkan. Ayo munculkan sisi baik kalian. Tinggalkan sisi buruk kalian. Ayo sebutkan. Mulai dari Ian dan Robi.”

Dengan tersendat-sendat dan perlu waktu beberapa saat Ian merenungi sisi baiknya. Hampir tidak berhasil. Cepat-cepat saya beri motivasi, saya ingatkan lagi dengan buah apel yang busuk masih tetap punya bintang. Di luar dugaan, teman-teman Ian yang lain juga memberi semangat.

“Ayo Ian ... temukan bintangmu ...!!!”
Akhirnya dari mulutnya perlahan Ian mengeluarkan suara.
“Aku ini ... jujur, tidak pernah bohong, pak Munif.”
Saya meminta Ian menyebutnya dengan keras, bintang dalam dirinya yang barusan ditemukannya.
“Aku Ian, sang jujur!!!” teriaknya lantang. Semua teman-temannya memberi tepuk tangan. Lalu satu persatu mereka menyebutkan bintangnya.
“Aku Robi, sang penolong!”
“Aku Abi, sang pengaman!”
“Aku Ja’far, sang pemberi!”
“Aku Diki, sang pemimpin!”
“Aku Ali, sang disiplin!” dan seterusnya.

Betapa leganya saya semua siswa akhirnya menyebutkan bintang dalam dirinya.

“Alhamdulillah, sekarang saya lega, kalian sudah mempunyai bintang. Jadikan bintang itu cantolan kalian. Jadikan bintang itu perilaku khas kalian. Tinggalkan Ian si jahil. Sebut Ian sekarang dengan bintangnya, sang jujur. Kaitkan tali kerjasama itu pada perilaku Ian yang positif. Ingat kalian hanya punya waktu tiga tahun di sekolah ini. Dengan kerjasama yang baik, kalian akan berhasil.”

Saya menutup kelas itu dengan semangat siswa yang menyala-nyala. Kemudian mereka sepakat memberi nama lingkaran tersebut dengan nama EAGLE SQUAD.

Sukabumi, 24 November 2010
_______

Alamat Sekolah dan Pendaftaran
SMP LIK Salabintana Sukabumi
Jl. Salabintana Km. 6 Kp. Nyangkokot Rt. 01/03 Ds. Karawang Kec. Sukabumi, Sukabumi 43151
Telp (0266) 6248274 atau 0817109392 (Hasan M)

SEKILAS PROGRAM BOARDING

Keseimbangan kecerdasan siswa menjadi dasar pemikiran program ini, sehingga ke depannya peserta didik diharapkan memiliki keterampilan hidup (life skills) agar dapat eksis dalam kompetisi dunia global dan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving).
Mereka diharapkan menjadi insan-insan yang beriman dan beramal shaleh, berakhlak terpuji, memiliki multi kecerdasan (Multiple Intelligence), menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, cinta dan terampil dalam belajar dan pengembangan ilmu, kreatif, inovatif, komunikatif, dan percaya diri (self confident), memiliki pengetahuan agama Islam yang luas
Seluruh tenaga pengajar tinggal di dalam asrama mendampingi aktivitas keasramaan dan kebiasaan-kebiasan kreatif para siswa di asrama. Peserta didik wajib tinggal di asrama selama masa pendidikan. Desain kegiatan disusun sedemikian rupa untuk maksud tersebut, termasuk yang tersediaan di asrama. Berikut gambaran beberapa aktivitas Boarding SMP LIK:
1. Khutbah Bahasa Arab dan Inggris
2. Club Arabic dan English
3. Qur`an
4. Shalat Tahajjud
5. Belajar mandiri / kelompok
6. Diskusi ilmiah/bedah buku

Unit Aktivitas di SMP LIK

Selain program kulikuler, para siswa diberi kesempatan mengikuti kegiatan ekstra berupa unit aktivitas yang diselenggarakan sekolah sesuai dengan minat siswa. Tujuan kegiatan ini adalah menyalurkan dan mengembangkan minat dan bakat siswa, berprestasi dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan regional maupun nasional, mendayagunakan secara optimal sarana dan prasarana sekolah yang ada, menemukan bakat dan ketrampilan siswa sehingga berkembang secara optimal. Berikut beberapa jenis unit aktivitas yang dipilih siswa;
1 Bola Basket
2 Bela Diri Inzutsu
3 Sepak Boladan Futsal
4 Marawis
5 Nasyid
6 Tenis Meja

Jumat, 03 Desember 2010

Profil Guru-guru SMP LIK

1.Bapak Ependi Suherman, pada November lalu Pak guru SBK ini terpilih menjadi guru peraih penghargaan seniman lukis Sapta Pesona. Guru kesenian multi talenta yang jago mainkan alat-alat musik dan melukis ini dikenal humoris dan bersahabat di mata para siswa SMP LIK.
Satu hal yang juga tidak kalah penting darinya adalah keteladanan serta dedikasi terhadap tugas yang beliau contohkan, sangat disiplin dan tepat waktu. Maka tak heran kelas beliau banyak diminati para siswa. Para siswa seakan keasikan dalam mengikuti pelajarannya, metode pengajaran cukup unik buangeeeet.

2. Tono Martono, lahir di Sumedang, 1 April 1963
Energik, penuh semangat dan Extra supel dengan siapapun. Pengajar mata pelajaran matematika dan Sains ini terkenal sangat piawai dalam bernyanyi, tipe guru yang tegas tapi pandai bergurau ini juga diakui kemampuannya sebagai pemain bola yang handal dan pandai memainkan berbagai alat music. Wah mantapp, seimbang sekali antara otak kiri dan otak kanan. Itu adalah sisi kelebihan beliau dengan kapasitas seorang akademisi dan tukang ulin.
Selagi masih mengenyam bangku kuliah di ITB pada fakultas MIFA bapak dua anak ini sudah sibuk denga dunia mengajar. Kini jam terbangnya mengajar matematik dan IPA tercatat hampir 23 tahun dengan prestasi gemilang meluluskan para siswanya masuk berbagai universitas negri di tanah air.
Salah seorang siswa, Muhamamd Anshor mengungkapkan bahwa Pak Tono adalah sosok yang ramah, pekerja keras, dan dapat membangkitkan suasana kelas. "Ketika menjelaskan rumus-rumus, Beliau menjelaskan secara rinci dan sering pake cara-cara lebih mudah. “Di pelajaran Sains, rumus-rumus yang awalnya membingungkan jadi terasa mudah deh,” ujarnya yang awalnya tidak begitu menyukai pelajaran Matematika dan Sains tersebut

3.Enung Hikmah N, S.Pd, lahir di Sukabumi, 19 September 1967
Fokus, teliti dan memiliki perencanaan yang matang. Guru yang satu ini terkenal sangat akrab namun tegas sama siswanya. Di tangannya pelajaran B. Indonesia menjadi menyenangkan, “bahasa Indonesia itu pokoknya bagaimana siswa senang membaca dan bisa menulis dan dipublikasikan di media” ujarnya. Beliau memiliki kemampuan di atas rata-rata mengenai kurikulum yang berlaku sekarang dan sedang getol banget mendesain metode pembelajaran berbasis Multiple Intelligence untuk diterapkan di kelas. dengan posisinya kini sebagai wakasek I bidang kurikulum beliau punya ruang luas memoles kurikulum khas Lazuardi Insan kamil.

4.Marwan Fadhil, S.Pd.I, lahir di Cianjur, 10 Juli 1985
Menurut Guru yang di beri tugas sebagai Wakasek keasramaan dan kesiswaan ini, kunci kesuksesan mengajar seorang guru adalah keikhlasan dalam mengajar dan kecintaan pada anak-anak. Beliau memiliki prinsip” hidup tiada hari tanpa berbuat kebaikan”, diantaranya dengan memberi kualitas pengajaran dan kasih sayang yang maksimal pada para siswanya. Beliau yang mempunyai kemampuan di bidang pendidikan, mempunyai pededodik (kemampuan mengajar), pintar bergaul dengan sesama guru, murid, orang tua dan masyarakat luas.
Ketika mengajar di kelas, Mr. Fadhil seringkali menggunakan alat bantu mengajar seperti film, tipe recorder ataupun rangkuman materi yang dibuatnya sendiri. Beliau berharap, ide-ide kreatifnya tersebut dapat menghilangkan kejenuhan siswa.

5.Qomaruddin, S.Pd.I, lahir di Sragen, 25 Desember 1983
Bagi Mr. Q (sapaan akrab beliau), kepuasan sebagai pendidik yang paling top dan kenikmatan yang sulit disetarakan dengan lembar-lembar rupiah ialah bila menyaksikan terjadi perubahan pada anak didik.
Misalnya, seorang siswa yang berubah menjadi mandiri. Asalnya tidak suka makan sayur menjadi suka, asalnya tidak suka mandi pagi menjadi rajin mandi, atau terjadi perubahan pada anak didik atas apa yang telah diajarkan kepadanya.
menurut guru IPS dan PPKn ini, mengajar di sekolah seperti SMP Lazardi Insan Kamil dituntut untuk pandai-pandai mengelolanya. Karena itu, kepada para siswa ia tanamkan budaya malu dan konsen melaksanakan aturan sekolah.

6.Prio Supriyadhi, S.S, lahir di Bogor, 27 April 1979
Guru mata pelajaran Bahasa Inggris, merupakan sosok yang ramah dan menyenangkan di mata para siswa dan koleganya. Menurut beliau, melihat semangat dan antusias para muridnya untuk terus meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris menjadi kepuasan tersendiri baginya. "Bahkan kalau sudah lihat siswa yang begitu menggemari Engish, lelah mengajar terasa luntur begitu saja,” lanjutnya.
Beliau juga mengungkapkan bahwa awalnya beliau sama sekali nggak punya niat buat jadi guru. Tapi ternyata, nasib yang membawanya menjadi guru tidaklah salah. "Setelah dijalani, ternyata enjoy juga. Ya akhirnya dijalani terus,” ungkap guru lulusan sastra Inggris Universitas Pakuan Bogor Surabaya tersebut.

7.Asep Sudarman, S.Pd, lahir di Sukabumi, 15 Desember 1984
Guru PENJASKES ini adalah tipe guru yang gampang disukai oleh siswa, dan punya dedikasi yang tinggi terhadap tugas, bagaimana tidak , beliau tidak segan menghabiskan uang gajinya hanya untuk membelikan minuman Mizon, Pocari, dan lain-lain bagi siswa yang berprestasi atau bisa menjawab pertanyaan dan tebakannya. Luar Biasa.

8.Rovi`ul Haqq, S.Pd, lahir di Tasikmalaya, 26 Juli 1985
Guru TIK yang biasa akrab dipanggil Mr. “V” ini lahir dari keluarga guru, Ibunya adalah guru SMK ...Tasikmalaya dan sang bapak juga guru di...Tasikmalaya. Di mata rekan sesama guru beliau adalah tipe guru yang fleksibl dalam beradaptasi, memiliki kecenderungan untuk melihat segala sesuatu secara holistik, sangat independen, tegas, konsisten, dan punya dedikasi yang tinggi terhadap tugas.
Menurutnya, melaksanakan pekerjaannya sebagai guru harus didasari oleh kesenangan. Dia berkeyakinan, apa yang dilakukan dengan kesenangan akan menyenangkan hati. Tanpa didasari kesenangan, lanjutnya, jangan harap ada prestasi.
Ia berprinsip 'selalu menikmati apa yang menjadi pekerjaannya'. Baginya, penting mencintai pekerjaan, tidak boleh mengeluh. Dia memang guru yang Luar Biasa.

9.Hasan Mawardi, M.Si, lahir di Sukabumi, 4 April 1978
Visioner, bisa berbagi, ramah pada orang, berani menyapa, mudah berinteraksi, bisa tenggang rasa pada orang lain, dan punya disiplin diri dan tanggung jawab. Menamatkan sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI) STAI Madina Ilmu tahun 2003 dan pasca sarjana program Kajian Islam dan Psikologi Universitas Indonesia tahun 2007. Beliau yang kini berposisi sebagai kepsek dan mengampu pelajaran ICB (Islamic Character Building) ini adalah sosok pemimpin yang berhati lembut. Welcom dalam menerima masukan adalah tipikalnya dalam memimpin. Baginya, asal target pekerjaan sudah tercapai para staf dan guru diberi kebebasan untuk berkreasi sendiri.

ADA MATERI HEALTY LIFE DI SMP LIK SUKABUMI

Ditulis oleh Riagil Rafsanjani, pada 21-06-2010 11:41


Langsung saja, orangtua siapa yang tidak kuatir ketika mendengar atau melihat langsung anaknya yang baru SMP atau remaja MEROKOK! Tidak hanya merokok, kebiasaan gaya hidup yang tidak sehat yang lainnya sepertinya tidak pernah berhenti menyerang anak-anak kita pada setiap harinya.

Coba simak petikan artikel dan hasil riset yang dipublikasikan oleh okezone.com sebagai berikut:

Lebih dari sepertiga penduduk Indonesia merokok. Hal ini menempatkan Indonesia pada posisi ketiga negara perokok terbanyak di dunia setelah China dan India. Kesimpulan yang ditarik dari hasil penelitian pada 2007 tersebut menunjukkan rokok seolah telah menjadi bagian dari “gaya hidup” masyarakat.

Lebih ironis lagi karena gaya hidup ini telah merambah usia muda, yakni remaja tanggung usia belasan.

Belum lama ini, Koalisi Untuk Indonesia Sehat (KuIS), mengumumkan hasil studi terkini tentang perilaku merokok di kalangan remaja putri dan wanita muda di Indonesia. Riset ini meliputi survei terhadap 3.040 siswi SMP (usia 13-15 tahun) dan SMA (usia 16-19 tahun), serta mahasiswi (usia 20-25 tahun) di Jakarta dan Sumatera Barat. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif (dengan kuesioner) dan kualitatif (dengan focus group discussion/ FGD).

Dari penelitian yang dilakukan selama kurun waktu Oktober-Desember 2007 tersebut terungkap bahwa rata-rata remaja putri mulai merokok pada usia 15 tahun. Sekitar 20,33 persen remaja putri juga mengaku pernah merokok meski hanya satu isapan.

Beragam alasan dikemukakan terkait dorongan untuk merokok. Di antaranya untuk bersantai, tertantang untuk melakukan hal yang dilakukan pria, kebiasaan dalam kelompok pertemanan, dan agar dapat diterima dalam sebuah kelompok. Sebanyak 53,19 persen wanita juga percaya bahwa merokok dapat membantu menurunkan berat badan. Namun, di antara beberapa alasan tersebut, motif meringankan ketegangan dan stres menempati urutan tertinggi, yakni sekitar 54,59 persen.

SMP LAZUARDI INDAN KAMIL (LIK) adalah sekolah boarding dan tahun pertama ini masih diisi oleh siswa-siswa putra. Kesempatan remaja ini untuk diserang virus BAD ENVIRONMENT sangat tinggi. Saya pernah kedatangan tamu, sekitar 12 siswa sebuah sekolah pondok setingkat SMP. Waktu saya tanya tentang kebiasaan merokok. Mereka menjawab merokok sangat dilarang di pondok tersebut, namun larangan itu seperti menjadi pemicu bagi santrinya untuk merokok. Kenapa dilarang? Kan merokok itu nikmat. Bahkan sudah menjadi kebiasaan untuk membantu berpikir jika belajar. Katanya agar belajar dapat masuk ke otak. Kesimpulannya banyak sekali alasan yang mereka katakan untuk membela diri dalam hal ‘merokok’.

Bagaimana kami dapat memandang masalah di atas pada sekolah SMP LIK yang juga borading school, sama dengan pondok, terutama kebiasaan merokok yang tidak sehat ini.
Jawabnya kami mempunyai materi yang bernama HEALTY LIFE. Bagaimana mengajarkan siswa mempunyai gaya hidup sehat.

Mungkin kita semua sudah mengetahui bahwa kesehatan fisik itu berdampak kepada kemampuan berpikir siswa dan kemampuan belajarnya. Kebiasaan-kebiasaan hidup yang tidak sehat mestinya menjadi sorotan utama di setiap sekolah. Mana mungkin siswa sukses memahami materi-materi pelajaran jika tubuhnya tidak sehat. Sebagai bukti, seorang sahabat yang cerdas dan pandai pada saat mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru) sekarang SPMB pada tahun 1987 selama tiga hari, hasilnya gagal. Penyebabnya adalah selama tiga hari tersebut dia mengalami sakit flu berat. Praktis dia tidak mampu berpikir dengan baik.

Healthy Life sebagai materi pembelajaran di SMP Lazuardi Insan Kamil (LIK) bertujuan agar;
• Kemampuan memahami cara hidup sehat.
• Kemampuan memahami resiko-rersiko bagi kesehatan fisik dan jiwa akbiat hidup tidak sehat.
• Kemampuan menolak dan memilih jika berhadapan dengan lingkungan yang memaksakan untuk hidup tidak sehat.
• Kemampuan mengembangkan sikap tanggung jawab terhadap kesehatan tubuh dan lingkungannya.
• Kemampuan menseleksi makanan, minuman dan kebiasaan-kebiasaan yang sehat dan tidak sehat.

SMP LIK di Sukabumi mencoba meramu target-target di atas demi membina siswa-siswanya selain menjadi ‘good citizen’ juga ‘insan kamil’ dalam arti memahami segala keberkahan dan nikmat kesehatan dari Allah SWT.

SMP LIK Salabintana Sukabumi menerima pendaftaran:

Alamat Sekolah
Jl. Salabintana Km. 6 Kp. Nyangkokot Rt. 01/03 Ds. Karawang Kec. Sukabumi, Sukabumi 43151
Telp (0266) 6248274 atau
0817109392 (Hasan M)

Sumber : Munif Chatib