Senin, 25 Januari 2010

SMP LIK dan Multilple Intelligence

Bersama tiga konsultan; Haidar Bagir (pemerhati dan praktisi dunia pendidikan) dan Munif Chatib (pakar Multiple Intelligences), Kami, SMP Lazuardi Insan bertekad ingin melahirkan anak bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia. Sekolah yang bertujuan melahirkan para pemimpin yang mempunyai keunggulan dan benefiditas luas terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. Sekolah menerapkan pendidikan akhlak (CHARACTER BUILDING) dan keterampilan hidup (LIFE SKILL) agar dapat eksis dalam kompetisi dunia global. Sekolah menerapkan pendidikan kreativitas dan kemampuan menyelesaikan masalah (CREATIVITY – PROBLEM SOLVING) agar selalu siap menghadapi perubahan-perubahan di dunia global.

Multilple Intelligence
Di tangan Munif Chatib, pemahaman multilple intelligence yang diperkenalkan oleh Howard Gardner, berhasil ditransformasikan menjadi proses pembelajaran yang manusiawi dan aplikasi. Jika selama ini banyak sekolah yang seolah meraba-raba bagaimana mendidik anak dengan tepat sesuai dengan potensi dirinya, buku ‘Sekolahnya Manusia’, karya utama Munif Chatib ini adalah jawabannya. Disusun dari rangkaian pengalaman implementasi kecerdasan majemuk ini di puluhan sekolah di Indonesia, merupakan intisari dari proses-proses pembelajaran yang ingin kita cari selama ini.

Munif Chatib, memulai pengembangan penerapan kecerdasan majemuk di sekolah Yayasan Malik Ibrahim Gresik, kini bernama YIMI Gresik, Jawa Timur. Ia juga mengembangkan lebih jauh suatu metode test, yang disebutnya Multiple Intelligences Research (MIR). “Sekolah unggulan itu adalah yang menerima anak yang bodoh dan nakal, lalu dengan prosesnya yang unggul mengubah mereka menjadi anak yang baik, pintar, dan berkepribadian,” begitu pendapat Munif Chatib. Jadi, sekolah unggul itu adalah sekolah yang unggul dalam proses-prosesnya.

Saat ini jutaan siswa kita bersekolah di sekolah-sekolah dengan guru dan metoda pembelajaran yang justru membuat mereka tertekan, depresi, menjadi nakal dan bodoh, mati kreatifitas. Tak peduli pada potensi anak. Tak peduli pada kemanusiaan mereka yang hakiki, sebagai anak manusia yang ingin tumbuh besar dewasa dan menjadi mandiri dan dapat menyumbang bagi kehidupan. “Dan UN merupakan salah satu masalah terbesar dalam pendidikan nasional kita,” (Haidar Bagir).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar