Jumat, 02 April 2010

SEMINAR: ISLAMIC CHARACTER BUILDING

Penyusunan materi pelajaran agama di sekolah haruslah mengarah kepada penanaman akhlak. Ini menjadi penting agar kita tak kehilangan perspektif akan tujuan puncak pendidikan agama. Minimnya karakter dari pendidikan agama menjadikan tujuan menggapai puncak inti pembelajaran agama menjadi buram. Peristiwa kekerasan dan pertikaian dikalangan umat mencerminkan potret kurangnya karakter pendidikan agama.
Demikian benang merah seminar pendidikan karakter building yang berlangsung di Jakarta, Kamis, (1/4). Seminar Pendidikan yang digagas oleh SMP Boarding Lazuardi Insan Kamil Sukabumi dengan dihadiri oleh lebih dari empat ratus audien. Turut hadir sebagai pembicara, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Komarudin Hidayat, Pendiri Sekolah Islam Lazuardi, Haidar Bagir, M. Quraish Shihab, Munif Chatib, Pakar Multiple Intelliegnce, Anis Baswedan, Rektor Univ. Paramadina, dan Sayyed Haidar, direktur Lazuardi.
Prof. Quraish Shihab yang tampil sebagai pembicara pertama, menyoroti pentingnya akhlak sebagai landasan utama pengutusan Sang Nabi. “dan tidaklah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan kesempurnaan akhlak”, kutif beliau.
Pada dasarnya sistem pendidikan agama telah begitu sempurna. Sayangnya ia seolah jalan ditempat, karena minimnya kreasi dan inovasi. Karena itu, guru perlu terus belajar. Guru yang berhenti belajar sebaiknya berhenti mengajar. Demikian pula dengan orangtua, bila berhenti belajar maka jangan berharap banyak pada masa depan anak-anaknya. Tutur Rektor UIN Syarif Hidayatullah.
Komarudin Hidayat berpendapat tugas guru agama sekarang memang lebih berat. Oleh karena itu, kerjasama antara guru dan orang tua harus banyak dilakukan. Para guru mampu memberikan pemahaman kognitif kepada anak. Pemahaman itu juga harus dibiasakan dan dikontrol. Para guru juga harus mengusahakan adanya proses berbagi pengalaman dengan contoh yang baik kepada murid-muridnya.
Terakhir, Hidayat menyarankan agar reward dan punishment harus dijalankan. Menurutnya, Semua anak berhak mendapatkan perhatian dan jangan pernah membanding-bandingkan anak.
Sementara itu, Haidar Bagir pendiri Sekolah Islam Lazuardi, mengatakan materi pelajaran agama di sekolah harusnya mengarah pada penanaman akhlak. Konkretnya, pelajaran akidah sebagai puncak pendidikan agama lebih diorientasikan pendidikan akhlak.
Haidar menyayangkan pendidikan agama cenderung lebih bersifat simbolik, ritualistik, dan legal formalistik. Seharusnya pendidikan mengarah pada tiga ranah kemanusiaan; kognitif, ranah afektif dan psikomotorik.
Sementara itu, Anis Baswesan, Rektor Univ. Paramadina, mengatakan univ. Paramadina adalah satu-satunya universitas di Indonesia dan bahkan di Dunia yang menetapkan mata kuliah “Anti Korupsi” sebagai mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa. Demikian itu dimaksudkan untuk membekali para mahasiswa dan menciptakan katrakter SDM Indonesia yang lebih baik ke depan.
Hal yang sama diungkapkan oleh direktur Lazuardi, Sayyed Haidar yang melihat penganut agama di negeri ini, memiliki pengetahuan dan keinginan tetapi tak dapat mewujudkannya dalam tindakan nyata. Akibatnya Indonesia tercatat sebagai Negara terkorup di Dunia kendati bermayoritas agama Islam.
Pembicara terakhir, Munif Chatib, konsultan SMP Lazuardi Insan Kamil, lebih menyoroti langkah kongkrit yang perlu dilakukan sekolah. Menurutnya, langkah tepat perbaikan karakter bangsa adalah dengan menjadikan ICB (Islamic Character Building) atau akhlakul karimah atau pelajaran Budi Pekerti sebagai bidang studi wajib di sekolah.
Pendidikan karakter di sekolah-sekolah sudah menjadi bahan keprihatian selama bertahun-tahun tetapi belum nampak tawaran konkrit bagaimana mewujudkannya dalam sistim sekolah. Bahwa pendidikan karakter menjadi semakin penting dan mendesak dapat kita simak dari berita-berita di surat kabar dalam beberapa bulan terakhir ini menyangkut plagiarisme dan menyontek yang semakin lazim dan dianggap bukan suatu cela. Lazuardi Insan Kamil menawarkan metode dan sistem pendidikan yang bertujuan mengemukakan pendidikan akhlak dan persis itulah yang kami sebut sebagai character building (pembentukan karakter), ungkap Hasan Mawardi, ketua panitia yang sekaligus kepala sekolah SMP Boarding Lazuardi Insan Kamil (LIK).
Kongkritnya, yang dimaksudkan dengan karakter atau akhlak adalah prilaku yang didasari kejujuran, kerendahan hati, ketegasan, lemah lembut, kasih sayang, empati, dll tanpa mengecilkan – tapi justru menekankan- kecerdasan akal, hati dan rohani
Sistem pendidikan SMP LIK dirancang dengan tetap memperhatikan standarisasi kurikulum Diknas dan diperkaya dengan strategi pembelajaran kecerdasan majemuk (multiple intelligence) dengan merujuk kepada karakter ideal yang ada pada diri Rasulullah saw
Kurikulum dan silabus disusun dengan memperhatikan kondisi masyarakat Indonesia dan masyarakat global (dunia) yang plural sehingga peserta didik siap terjun ke masyarakat dengan wawasan yang terbuka terhadap kemajemukan
Lazuardi Insan Kamil bukan hanya menaruh perhatian pada pendidikan siswa-siswanya tetapi terus-menerus meningkatkan kemampuan mengajar dan mendidik para guru. Secara berkesinambungan guru-guru mengikuti pelatihan sesuai dengan bidang pengajaran mereka dan kemajuan ilmu.
Mengapa Lazuardi Insan Kamil memilih sistem asrama (boarding school)? Kami percaya bahwa sistem ini akan menjamin efektivitas pendidikan yang terintegrasi yaitu telibat secara penuh dengan perkembangan anak baik ketika mereka belajar di kelas, praktik di lapangan, belajar, beribadah, bermain dan isitrahat. Kami juga percaya sistem asrama yang dibangun sesuai dengan kebutuhan anak dan kepentingan seusianya yang akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan kondusif untuk perkembangan pribadi
Dengan pertimbangan di atas, asrama dibangun dikawasan yang asri yang memungkinkan anak-anak berinteraksi dengan masyarakat di luar asrama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar