Jumat, 05 Februari 2010

Sekolahnya Manusia (2)

membangun sekolah pada hakiaktnya adalah membangun keunggulan sumber daya manusia. namun alih-alih membangun kebanyakan sekolah ala dulu -yang masih dipertahankan hingga sekarang- justru malah meruntuhkan dan membunuh karakter dan keunikan siswa. sekolah yang seharusnya menjadi tempat yang paling asyik justru berperan sebaliknya, menyeramkan dan membosankan. Demikian itu terjadi karena apa yang dipelajari di sekolah tidak sesuai dengan apa yang diinginkan siswa, atau konsep pembelajaran di sekolah tidak cocok dengan kondisi psikologis sang siswa. gaya mengajar guru tidak sama dengan gaya belajar siswa

Banyak sekali sekolah di negri ini yang jauh dari sebutan Sekolah Manusia, tapi lebih pantas disebut sebagai Sekolah Robot dimana segalanya sudah disajikan dalam bentuk paket-paket, mulai dari proses pembelajaran, target keberhasilan, samapi sistem penilaian. Di sekolah robot nyaris tidak ada kebebasan memilih, padahal kebebasa memilih adalah kekhasan manusia yang membedakannya dari binatang. Bukankah tidak semua orang suka sarapan nasi goreng, namun di sekolah robot ini setiap siswa dipaksa (mau tidak mau) harus memakan nasi goreng. muntah-muntah deeeeeeeeeh bodo amat, memangnya gue pikirin

Di Sekolahnya Manusia dengan berbasis pada MI (Multiple Intelligences), setiap siswa akan dihargai sesuai dengan jenis kecerdasannya masing-masing, setiap siswa tidak diwajibkan sarapan pagi nasi goreng, namun juga tersedia menu-menu lain sesuai selera masing-masing.

Mudahmudahan SMP Lazuardi Insan kamil benar-benar bisa menjadi Sekolahnya Manusia, bukan sekolah para robot. di SMP LIK kami berusaha untuk menghargai setiap kecerdasan anak, dan guru dituntut untuk menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar anak/siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar