Selasa, 25 Januari 2011

Boarding School Sebagai Alternatif (2)

Jika kita lihat kondisi nyata masyarakat Indonesia, hampir disegala lini kehidupan masyarakatnya mengalami krisis, hingga para pakar dan cendikiawan menyebutnya krisis multidimensional. Krisis disegala bidang kehidupan. Sebuah krisis yang seharusnya tidak terjadi dan menimpah negeri kita tercinta ini. Kasus Gayus Tambunan misalnya, adalah contoh seorang oknum pejabat yang menyalahgunakan kewenangannya karena dia tidak mempunyai visi dan misi yang jelas mengenai jabatan yang sedang dipegangnya. Hal ini diakibatkan karena background kehidupannya yang masih jauh dari karakter-karakter kebangsaan. Oleh karena itu diperlunya sebuah wadah untuk mengubah pola pikir pemimpin kita, khusunya para calon pemimpin ke depan. Boarding school merupakan salah satu solusi sebagai wadah pencetak pepimpin bangsa bagi masa depan nanti.
Bagi sebagian orang, boarding school merupakan sesuatu yang menakutkan. Para siswa akan hidup seperti di sebuah barak tentara dengan pola pendidikan militer. mereka dituntut untuk disiplin sedemikian mungkin. Harus bangun lebih cepat dari biasanya, makan apa adanya, serta harus mengalami keterbatasan lainnya. Demikiankah?
Pendidikan sekolah berasrama (boarding school) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan sekolah non Boarding. jika sekolah-sekolah regular pada umumnya hanya sibuk dengan keadaan akademis. Sehingga, banyak aspek kehidupan yang seharusnya mereka pelajari harus ketinggalan karena keterbatasan waktu yang mereka miliki. Berbeda dengan boarding school. Disini mereka mempunyai waktu penuh selama 24 jam. Mereka dapat mempraktekan apa saja yang telah diajarkan disekolah atau asrama (life skill). Disini juga mereka akan berlatih menjadi pemimpin dengan berbagai macam organisasi yang dipegangnya (leadership training). Mereka akan mencari solusi setiap ada masalah dengan keterbatasan yang mereka miliki (problem solving). Disinilah mereka akan dituntut untuk berpikir dengan keterbarasan yang ada. Sehingga terbentuklah pemipin-pemimpin bangsa yang berpikir kritis.
Dalam sekolah berasrama semua elemen yang ada dalam komplek sekolah terlibat dalam proses pendidikan. Aktornya tidak hanya guru, tapi semua orang dewasa yang ada di boarding school adalah guru. Siswa benar-benar melihat langsung praktek kehidupan dalam berbagai aspek. Guru tidak hanya dilihatnya di dalam kelas, tapi juga kehidupan kesehariannya. Sehingga ketika mempelajari tertib bahasa asing misalnya maka semuanya dari mulai tukang sapu sampai principal dituntut menjadi uswah/tauladan dalam segala aspeknya.
Untuk itu, menjadi guru di sekolah-sekolah berasrama jauh lebih “sulit” dan lebih menantang jika dibandingkan dengan sekolah konvensional. Yang dituntut dari mereka tidak hanya sekedar kompetensi mengajar bidang studi yang diampunya namun juga komitmen. Dengan kata lain, selain Kecerdasan intellectual, para guru juga dituntut memiliki kecerdasan lain; sosial, spiritual, dan kemampuan paedagogis-metodologis serta –ini yang utama- keikhlasan mengajar, kecintaan pada anak dan dunia pendidikan.
Nilai tambah lain, boarding school menampung siswa yang heterogen. Dengan berbagai macam latar belakang, Social, budaya, tingkat kecerdasan serta kemampuan akademik yang beragam. Mereka semuanya akan ditempa dengan kondisi yang sama. Mulai dari makan, istirahat, hingga proses belajar mengajar mereka akan melaluinya secara bersama-sama. Disinilah nantinya akan terbentuk karakter social yang tinggi diantara siswa. Ketika salah satu dari mereka mengalami masalah, maka orang pertama yang akan menolongnya adalah teman-teman terdekatnya.
Di sinilah berbagai macam karakter kepemimpinan akan terbentuk. Mereka harus belajar untuk memimpin diri sendiri khususnya. Dengan uang saku yang diterimanya setiap bulan –mungkin sebagiannya dengan jumlah sangat terbatas, sang pelajar harus mengalokasikan sesuai kebutuhan dengan sehemat mungkin hingga akhir bulannya. Apabila mereka boros, maka tentu saja mereka akan menanggung akibatnya sendiri. Kebutuhan mereka tidak akan terpenuhi lagi. Oleh karena itu umumnya mereka akan belajar dari sini. Sebuah pembelajaran yang tidak mungkin mereka peroleh di sekolah-sekolah non-boarding dan in tentu sangat berefek terhadap perkembangan masa depannya.
Memang, untuk memasukkan anak ke sekolah-sekolah boarding membutuhkan pengorbanan yang sangat berat baik bagi si anak maupun bagi orang tuanya. Tapi inilah salah satu solusi untuk mencari pemimpin-pemimpin masa depan yang handal. Yang mempunyai pemikiran kritis. Yang mampu mengayomi masyarakatnya.
Namun demikian, di samping berbagai kelebihannya, sekolah-sekolah boarding juga memiliki beberapa kekurangan seperti lokasi asrama dan sekolah yang berdekatan. Ini memang akan membuat jenuh bagi siswa-siswinya. Tapi untuk sebuah perjuangan menjadi sosok pemimpin yang di cita-citakan itu bukanlah sebuah alasan menolak untuk ditempa di sekolah berasrama.
Mudah-mudahan dengan kehadiran sekolah-sekolah boarding seperti SMP Boarding lazuardi Insan Kamil yang bermotokan the leader school masa depan Indonesia akan lebih baik.
Tambahan;
cukup kasihan anak2 zaman sekarang ini, masalah yang dihadapinya sedemikian kompleks, terutama masalah pergaulan dan pengaruh negatif lingkungan seperti narkoba, merokok, perkelahian dll. Apalagi di kota2 besar. anak2 cendrung hidup dgn kebebasan yang kebablasan. tentunya ini menjadi kekhawatiran sebagian besar orang tua yang sangat khawatir akan masa depan anak2nya. Untuk itu para orang tua sebaiknya menitipkan pendidikan anaknya di boarding school.
SMP Boarding Lazuardi Insan Kamil Sukabumi membuka pendaftaran siswa baru untuk tahun ajaran 2011/2012. untuk informasi dan pendafatran hubungi 0266-6248274 (Fadhil) atau 0817109392 (Hasan Mawardi) atau kunjungi www.lazuardiinsankamil.com/www.sekolah-unggul.com/www.lazuardiinsankamil.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar