Jumat, 04 Februari 2011

ADA MI DALAM 3 IDIOTS (1)

Pernah mendengar tentang film 3 Idiots? Film ini adalah film Bollywood buatan India yang dimainkan oleh aktor kawakan Aamir Khan. Film ini begitu sukses menarik perhatian masyarakat dunia. Rekor box office dipegangnya dengan total pemasukan senilai 86 juta US Dollar. Mengisahkan tentang 3 orang mahasiswa insinyur bernama Farhan, Raju dan Rancho yang tinggal di satu kamar di hostel sebuah kampus. Mereka melewati hari-hari di kampus dengan berbagai macam hal yang menarik. Banyak aktifitas unik yang mereka kerjakan di kampus. Bagi yang belum menonton, segera tonton film ini karena akan memotivasi Anda untuk hidup lebih manusiawi.
Yang menarik dari film ini adalah kehidupan dan paradigma riil masyarakat India, cerita yang diangkat juga bukan tentang cinta-cintaan layaknya film-film India lain. Film ini lebih mengedepankan kehidupan mahasiswa di India yang penuh dengan tekanan, dan bahkan dari film ini juga, kita jadi tau kalo ternyata India menjadi negara tertinggi dunia dalam hal kematian mahasiswa yang terjadi akibat stress sama pendidikannya, cinta-cintaan di sini lebih banyak sebagai pemanis doang, benar-benar pemanis!
Setelah nonton film ini, saya seakan mendapat pencerahan yang amat sangat, film ini mengajak untuk lebih mengejar kemampuan yang sesungguhnya dan hidup dari passion (ikhtiar) bukan karena paksaan (jabr).
Kali pertama nonton film 3 idiot kesan lucu saja yang saya tangkap, namun setelah kembali membaca buku “Sekolahnya Manusia” Pak Munif Chatib tercipta relasi dalam jaringan syaraf-syaraf otak saya yang menghubungkan antara 3 idiot dan konsep MI (multiple Intelligence). Ide menulis pun muncul, “ADA MI DALAM 3 IDIOTS“, dan untuk lebih mendalami pesan film tersebut saya kembali menontonnya hingga tiga kali.
Mereka, 3 Idiots s (Farhan, Raju dan Rancho) sejatinya tidak cocok dinamakan idiot. Toh, mereka tidak benar-benar idiots. Seperti pepatah bilang, orang waras di tengah-tengah orang gila adalah gila dan mereka yang gila sungguhan adalah waras. Mereka dikatakan idiot karena mereka adalah orang-orang “nyeleneh” (out of the box). Mereka-mereka yang out of the box dan tidak sejalan dengan sistem yang telah diakui bertahun-tahun akan diberi gelar “si bodoh” dan akan dipinggirkan.
3 idiots menyuguhkan gambaran bagaimana sebenarnya pandangan kebanyakkan orang India dan mungkin juga sebagian dari orang Indonesia terhadap arti pendidikan. Chathur, seorang kawan lama dari 3 Idiots (Raju, Farhan, dan Rancho), menganggap bahwa pendidikan adalah sebuah alat yang semata-mata digunakan untuk menggapai kesuksesan, kekayaan, dan prestige juga untuk membalaskan dendamnya. Virus, direktur dari institut engineering terkemuka di India, tempat Raju, Farhan, dan Rancho menuntut ilmu juga “mendoktrin” murid-muridnya bahwa hidup itu adalah kompetisi: “Life is a race. If you don’t run fast someone will beat you and move faster than you”. Begitu pula dengan seorang professor di kelas Rancho. Ia sangat marah begitu mendapatkan penjelasan Rancho yang sangat gamblang, sederhana, juga dilengkapi contoh aplikatif mengenai definisi mesin. Profesor tersebut marah karena yang diiginkannya adalah definisi mesin sesuai dengan yang tertulis dalam textbook kuliah. Bahkan yang paling “ironis” adalah ketika para orang tua di India (dalam film tersebut maksudnya) menentukan masa depan anaknya sejak mereka diketahui jenis kelaminnya. Menjadi engineer untuk anak laki-laki dan menjadi seorang dokter untuk anak perempuan.
Situasi-situasi yang kurang lebih sama mungkin sering kita jumpai di sekitar kita. Cita-cita orang tua yang menggebu pada akhirnya mendamparkan anaknya di dalam dunia yang salah. Si anak mungkin memang mengikuti keinginan orang tuanya, tapi hatinya tidak dan jadilah kita menjumpai banyak mesin dalam kehidupan sehari-hari kita. Atau, sistem pendidikan yang sangat ketat, sistem penilaian yang membebani, tugas-tugas yang tidak aplikatif, tuntutan-tuntutan untuk mempelajari definisi dan bukannya aplikasi, cara belajar yang selalu mengkonsumsi doktrin dan pada akhirnya menghasilkan lulusan-lulusan yang tidak mampu berpikir out of the box, prinsip hidup untuk mengejar kesuksesan dan bukannya kenikmatan di balik setiap proses yang dilalui.
Setelah menonton film tersebut setiap orang mungkin akan menangkap kesan berbeda-beda sesuai dengan latar belakangnya. Buat saya yang keseharian menjalani profesi guru dan dosen kesan yang muncul adalah konsep pendidikan. 3 idiots adalah kritik terhadap masyarakat yang cendrung memaksakan kehendak pada anak-anaknya. Mereka lupa pesan Gusti Nabi Muhamamd Saw; `allimû aulâdakum lizamânihim lâ lizamânikum (ajarilah anak-anak kalian sesuai zamannya bukan sesuai dengan zaman kalian”.
Saya melihat ada banyak pelajaran dalam film ini terkait pendidikan. Film ini mengajarkan pentingnya pengenalan konsep multiple Intelligences atau kecerdasan majmuk manusia. Bagi seorang guru atau orang tua janganlah memaksa anak untuk unggul dalam satu kecerdasan saja, seperti menonjolkan kecerdasan kognitif/intelektual saja, karena bisa saja kecerdasan anak didiknya ada pada jenis kecerdasan lain; seni, music, kinestetik, dll
Para orang tua, para penyelenggara sistem pendidikan seharusnya berpikir seperti Rancho di atas, mendukung apa yang menjadi talenta dari anak-anak kita dan bukannya memaksakan kehendak kita pada buah hati kita. Buatlah sebuah sistem pendidikan yang mencerahkan dan bukannya memicu tekanan. Seharusnya sebuah pendidikan itu mampu membentuk seseorang menjadi semakin open-minded dan berdaya kreatifitas tinggi. Pendidikan yang berdasarkan passion. Pendidikan yang tidak mengacu pada hal-hal yang aplikatif dan dapat dilalui dengan menyenangkan, sama menyenangkannya seperti ketika kamu sedang memainkan game favorit kamu. Hmm, bagaimana menurutmu?
Jangan menutup mata, Indonesia sadar atau tidak disadari, sudah banyak korban dari sistem pendidikan yang tidak manusiawi seperti ini. Mari kita ubah sekolah-sekolah yang ada benar-benar menjadi sekolahnya manusia, bukan sekolah para binatang atau para robot. Bukankah anak-anak kita manusia?

by; hasan mawardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar