Senin, 08 November 2010

Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Spiritual

Seringkali orang beragama menganggap ritual atau ibadah sebagai tujuan bukan sebagai cara. Ibadah dilakukan hanya sebagai sebuah kewajiban yang harus dilakukan, karena jika tidak, akan menerima hukuman dari Tuhan, dan jika dilakukan akan menerima pahala dan surga.
Menjalankan ibadah agama dengan motivasi karena ketakutan (fear motivation) menunjukkan kecerdasan spiritual yang paling bawah, dilanjutkan dengan motivasi karena hadiah (reward motivation) sebagai kecerdasan spiritual yang lebih baik. Tingkatan ketiga adalah motivasi karena memahami bahwa kitalah yang membutuhkan untuk menjalankan ibadah agama kita (internal motivation), dan tingkatan kecerdasan spiritual tertinggi adalah ketika kita menjalankan ibadah agama karena kita mengetahui keberadaan diri kita sebagai makhluk spiritual dan kebutuhan kita untuk menyatu dengan Sang Pencipta berdasarkan kasih (love motivation).
Menurut Islam, penggambaran tugas-tugas ibadah baik vertikal maupun horizontal telah terangkum dalam lima rukun Islam (syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji). Kelimanya merupakan sarana peningkatan kecerdasan spiritual manusia. Semakin sering dan baiknya seseorang melakukan tugas tersebut, maka dengan sendirinya kecerdasan spiritualnya akan meningkat.
Namun, sekalipun Danah Zohar dan Ian Marshall telah dinyatakan SQ sebagai kecerdasan tertinggi, SQ yang dikembangkan oleh keduanya masih berkisar pada wilayah biologis dan psikologis semata, dan belum menyentuh wilayah ilahiyah yang transendental.
Menurut Ary Ginanjar Agustian, dalam Islam, kecerdasan Emosional (EQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) sesungguhnya bagian dari khazanah lama yang terpendam. Sosok Nabi Muhammad dalam kehidupan kesehariannya menggambarkan pada penggabungan kedua aspek kecerdasan tersebut. (Agustian, 2004: vii).
(hasan mawardi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar