Senin, 08 November 2010

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER

Sebagai pengantar, pendidikan karakter berorintasi pada nilai-nilai universal kebaikan yang menjadi dorongan mewujudnya perilaku-perilaku positif dalam diri siswa sebagai sebuah karakter. Pendidikan karakter tidak bermain pada manifestasi-manifestasi moral dan akhlak yang baik berupa perilaku-perilaku partikular yang bersifat lokal.
Untuk melakukan pendidikan karakter dengan gambaran yang sedemikian rupa diperlukan sebuah kreatifitas dalam menyusun model dan metodologi pendidikan, lebih dari metode yang telah biasa dipergunakan dalam pendidikan moral selama ini.
Untuk mengimplementasikan pendidikan karakter, SMP Lazuardi Insan Kamil mencoba empat model penerapan, yaitu
1) model otonomi dengan menempatkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran tersendiri,
2) model integrasi dengan menyatukan nilai-nilai dan karakter-karakter yang akan dibentuk dalam setiap mata pelajaran,
3) model ekstrakurikuler (unit-unit aktivitas) melalui sebuah kegiatan tambahan yang berorintasi pembinaan karakter siswa, dan
4) model kolaborasi dengan menggabungkan ketiga model tersebut dalam seluruh kegiatan sekolah.

Model Otonom
Model otonomi yang memposisikan pendidikan karakter sebagai sebuah mata pelajaran tersendiri menghendaki adanya rumusan yang jelas seputar standar isi, kompetensi dasar, silabus, rencana pembelajaran, bahan ajar, metodologi dan evaluasi pembelajaran. Jadwal pelajaran dan alokasi waktu merupakan konsekuensi lain dari model ini. Sebagai sebuah mata pelajaran tersendiri pendidikan karakter akan lebih terstruktur dan terukur. Guru mempunyai otoritas yang luas dalam perencanaan dan membuat variasi program karena ada alokasi waktu yang dikhususkan untuk itu.
Model otonomi ini ditempuh melalui sebuah mata pelajaran bernama ICB (Islamic Character Building). Sebuah silabus telah berhasil dibuat untuk kemudian diajarkan pada setiap semester selama masa tiga tahun pembelajaran. Sebuah silabus yang masih jauh dari ideal yang masih perlu disempurnakan di sana-sini, khususnya orientas kurikulum yang masih bersifat kognitif. Silabus ini masih lebih banyak menyentuh aspek kognitif siswa, belum menyentuh terlalu jauh sampai pada aspek afektif dan perilaku.
Kelemahan lain dari model penerapan ini adalah lahirnya asumsi bahwa tanggung jawab pembentukan karakter hanya ada pada guru bidang studi sehingga keterlibatan guru lain sangat kecil. Pada akhirnya pendidikan karakter akan gagal karena hanya mengisi intelektual siswa tentang konsep-konsep kebaikan, sementara emosional dan spiritualnya tidak terisi.

Model Integrasi
Selain model otonomi seperti dimaksudkan di atas, SMP LIK juga menerapan model kedua yang mengintegrasikan pendidikan karakter dengan seluruh mata pelajaran. Demikian itu lahir dengan paradigma bahwa semua guru adalah pengajar karakter (character educator). Semua mata pelajaran diasumsikan memiliki misi moral dalam membentuk karakter positif siswa. Dengan model ini maka pendidikan karakter menjadi tanggung jawab kolektif seluruh komponen sekolah. Model ini diharapkan dapat menyempurnakan dan meminimalkan kekurangan model pertama. Dalam prakteknya, setiap guru bidang studi diminta memasukkan sebuah indikator hasil belajar (IHB) terkait karakter yang diinginkan pada setiap tema pembelajaran.
Konsekwensi dari penerapan model kedua ini adalah kesiapan, wawasan moral dan keteladanan dari seluruh guru. Satu hal yang lebih sulit dari pada pembelajaran karakter itu sendiri. Model ini juga menuntut kreatifitas dan keberanian para guru dalam menyusun dan mengembangkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Dengan merujuk pada visi dan misi SMP LIK, semua materi pelajaran –khususnya agama- disusun dan diarahkan pada penanaman akhlak: Matematika berbasis akhlak, Biologi berbasis akhlak, Fiqh berbasis Akhlak, Sains berbasis Akhlak, Bahasa (Arab, Inggris, Indonesia) berbasis Akhlak, Penjaskes berbasis Akhlak, IPS berbasis Akhlak, dan lain sebagainya. Artinya, semua pelajaran diorientasikan kepada penanaman akhlak Allah – takhallaqu bi akhlaaqilLaah-, berdasarkan pada nama-namaNya yang baik (al-asma’ al-husna).
(hasan mawardi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar