Senin, 08 November 2010

Indikator Kecerdasan Spiritual Pada Siswa

Kita dapat mengetahui dan menguji seberapa besar Kecerdasan Spiritual siswa melalui beberapa hal berikut:
1. Kemampuan siswa bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
2. Tingkat kesadaran diri siswa yang tinggi
3. siswa memiliki kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Kemampuan siswa menghadapi dan melampaui rasa sakit
5. Kualitas hidup siswa diilhami oleh visi dan nilai nilai
6. siswa enggan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7. Kecenderungan siswa melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan "holistik")
8. siswa berkecenderungan untuk bertanya "Mengapa?" atau "Bagaimana jika?" untuk mencari jawaban jawaban yang mendasar
9. Kemandirian, yakni siswa memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.
Hidup yang lebih bermakna akan senantiasa melingkupi orang-orang yang mengembangkan kemampuan SQ-nya secara optimal. Untuk mengetahui kapasitas SQ seseorang, Zohar memberikan kuesioner-kuesioner terukur dengan tema-tema berikut: fleksibilitas dalam adaptasi dan spontan; kesadaran diri (self-awareness); kemampuan menghadapi dan mengatasi penderitaan; kemampuan menghadapi dan menyelesaikan kenyerian; kualitas yang terinspirasi oleh visi dan nilai, keengganan untuk berbuat yang menyebabkan kerugian yang tidak perlu; kecenderungan untuk melihat segala sesuatu secara holistik; pencarian jawaban yang fundamental atas pertanyaan "Mengapa" dan "Bagaimana?" dan independen.
Seseorang yang ber-SQ tinggi berpeluang menjadi pemimpin yang melayani (servant leader)—seseorang yang sangat responsif dalam menggiring orang lain kepada visi dan nilai yang lebih tinggi, dan memberikan teladan bagaimana menerapkan visi dan nilai tersebut. Dengan kata lain sebagai insipirator bagi masyarakatnya.
Dari uraian tersebut, yang dimaksud dengan SQ disini adalah kecerdasan seseorang siswa SMP Lazuardi Insan Kamil dalam menghadapi persoalan makna atau value, kecerdasan -berupa kesabaran- dalam menghadapi problem, sehingga yang bersangkutan tidak berlaku tabdzir, isyraf (boros) atau menyia-nyiakan kesempatan yang ada, bersikap fleksibel, berpandangan holistik, keritis dan tetap otonom.
Dengan SQ –juga kecerdasan-kecerdasan lain- yang dimilikinya, siswa Lazuardi Insan Kamil dapat diprediksi bagaimana kinerjanya, karakternya, kesehatan emosi dan fisiknya, kecerdasannya, bakat dan kemauannya, tingkat keyakinannya, caranya memaknai sebuah problem, caranya mengambil hikmah dari sebuah bencana, bagaimana mereka menghadapi tantangan hidup, bagaimana gaya hidupnya, bagaimana kondisi aktivitas kesehariannya, bagaimana cara dan kemampuannya menjalin hubungan dengan orang lain, dan lain sebagainya terkait dengan setiap item masing-masing Kecerdasan tersebut.
Para siswa diharapkan dapat merespon problem kehidupan dengan memotivasi diri untuk terus “mendaki” mencari solusi. Mereka akan selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan alternatif dan bahkan solusi dari problemnya. Mereka tetap berbaik sangka kepada Allah Swt dan kepada sesamanya (QS. Al-Hujurat: 12).
Mereka akan menyambut baik setiap tantangan yang sedang dihadapi, terus memotivasi diri, memiliki semangat tinggi, dan berjuang mendapatkan yang terbaik dari hidup; mereka cenderung membuat segala sesuatu menjadi terwujud, tetap optimis akan kuasa dan kebesaran Allah Swt (QS. Az-Zumar: 53), dan tetap berusaha dan ridha atas ketentuan-Nya (QS. Al-Baqarah: 216 dan An-Nisa: 19).
Mereka meyambut baik setiap perubahan, bahkan ikut mendorong perubahan tersebut ke arah yang positif. Demikian itu karena keyakinan bahwa Allah Swt tidak akan merubah nasibnya menjadi lebih baik kecuali bila ia mau berusaha untuk itu (QS. Ar-Ra`d: 11).
Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa dan kata-kata yang penuh dengan kemungkinan-kemungkinan (optimisme). Demikian ini karena mereka selalu berpikir positif (husnudz dzan), berpndangan optimis dan holistik terhadap suatu permasalahan. Mereka berbicara tentang apa yang bisa dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Mereka berbicara tentang tindakan dan tidak sabar dengan kata-kata yang tidak didukung dengan perbuatan. Mereka lebih suka banyak beraksi dan sedikit berteori (QS. Ash-Shâf: 3).
Mereka akan memberikan kontribusi yang cukup besar kepada orang lain, seperti terlibat dalam berbagai program sosial. Nabi Saw bersabda: “Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain”.
Mereka tidak asing lagi dengan situasi yang sulit karena kesulitan merupakan bagian dari dinamika kehidupan. Nabi Saw bersabda:
“Sungguh unik perkara orang mukmin itu, semua perkaranya adalah baik. Jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur, maka itu menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan jika ditimpa musibah ia bersabar, maka itu juga menjadi sebuah kebaikan baginya” (H.R. Muslim).
Kesimpulannya, pendidikan di SMP LIK tidak hanya membidik satu kecerdasan saja, misalnya hanya kecerdasan intelektual (IQ) tetapi juga mengembangkan kecerdasan-kecerdasan lainya (Multiple Intelligence). Salah satunya adalah SQ, sebab salah satu penyebab bangsa kita berlarut-larut dalam krisis juga karena bangsa kita miskin SQ atau tepatnya miskin ahlak. Karena itu hal-hal yang sifatnya spiritual juga menjadi sesuatu yang penting untuk terus dijaga dan dikembangkan melalui proses pendidikan sekolah boarding.
(hasan mawardi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar