Senin, 08 November 2010

Paradigma Baru Pembelajaran.

Harus kita akui, implikasi dari penerapan metode pembelajaran fungsional di sekolah selama ini berlaku ternyata tidak membuat siswa menjadi mandiri dan kreatif. Sistem pembelajaran yang memiliki standar obyektivitas yang kaku dan mengacu pada pengembangan kognitif atau intelektual (IQ). Padahal, menurut Daniel Goleman, seorang doktor psikologi jebolan Harvard University, AS, “IQ hanya menyumbang 20% dalam keberhasilan hidup seseorang, sedangkan EQ atau kecerdasan emosional menyumbang sekitar 80%.”

Oleh karenanya, amatlah penting jika kita mengembangkan faktor EQ dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Itu diambil agar para lulusan sekolah memiliki kemandirian, percaya diri, dan mampu berkomunikasi secara efektif di lingkungannya.

Guna mengimplementasikan pembelajaran yang berdasar pengembangan EQ, SMP Boarding Lazuardi Insan Kamil mencantumkan tes komitmen pada proses seleksi guru sehingga terpilih guru-guru yang memiliki visi dan misi yang jelas terhadap masa depan para siswa. Guru-guru yang kreatif dan memiliki kemampuan memprediksi mengenai apa yang kelak muncul dan apa yang tenggelam dari aplikasi bidang studi yang akan diajarkannya.

Sekurangnya guru bisa membawakan materi pelajaran bidang studinya secara menyenangkan kepada para siswa di kelas. Misalnya, melalui film, cerita, kegiatan lapangan, dan berkesenian. Dengan media tersebut, kita harapkan para siswa termotivasi untuk mau belajar dan belajar. Apalagi jika cerita yang dibawakan berisikan nilai-nilai budi pekerti dan juga soal perkembangan teknologi terkini.

Para guru di SMP LIK dituntut kreatif dan pandai memainkan ekspresi dan dramatisasi suasana sehingga perhatian siswa terfokus. Dengan begitu, siswa akan merasa terlibat dalam pembelajaran di kelas. Pada gilirannya, interaksi guru dan siswa akan terasa menyenangkan dan memunculkan keingintahuan siswa. Di sisi lain, guru pun menjadi aktif mencari materi ajar dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, tabloid, koran, Internet, dan sebagainya. Para siswa lebih diarahkan untuk memahami pelajaran melalui media-media belajar yang bersifat visual (gambar) sesuai dengan usia perkembangannya.
Selain keatifan dan kekreatifan guru dalam proses KBM, yang terpenting yang harus dimiliki seorang guru di SMP LIK adalah leadershif dan tauladan. Pembelajaran di harus dilakukan seorang guru yang memiliki kepemimpinan pembelajaran yang berdasar visi masa depan (visioner). Oleh karena itu, guru harus berlaku layaknya leader, dan bukan bertindak sebagai boss. Di simpul itu, guru menjadi faktor penentu bagi keberhasilan siswanya di kelas melalui penanaman nilai-nilai dan jiwa kreatif.
Selain guru yang mumpuni dan kreatif, para siswa juga diberdayakan dan dibiarkan memberdayakan diri agar proses belajar-mengajar dapat berjalan optimal. Itu terkait dengan salah satu rumus keberhasilan EQ. Yaitu, bahwa langkah pertama mengembangkan potensi EQ ialah pemahaman diri (self-understanding), dan keinginan untuk pertumbuhan diri sendiri (a desire for personal growth). Pada gilirannya, setelah langkah itu dilakukan kelak bisa diikuti tahap-tahap belajar selanjutnya. Dengan begitu, nantinya akan terlahir para lulusan yang memiliki daya adaptasi tinggi.

Selanjutnya, selain pembenahan pada sisi guru dan siswa, SMP LIK juga melakukan pembenahan kurikulum. Kurikulum yang disesuaikan dengan situasi zaman dan potensi pemangku kepentingan pada satuan pendidikan. Itu sebabnya, kurikulum SMP LIK terlihat unik dan tidak kaku. Harapannya adalah, jika saat ini para guru mampu mengkreasikan kurikulum, kelak para siswanya terlatih menjadi orang yang kreatif.
(hasan mawar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar