Rabu, 24 November 2010

Kurikulum yang yokus pada life skill

Curriculum dalam bahasa Yunani kuno berasal dari kata Curir yang artinya pelari; dan Curere yang artinya tempat berpacu. Curriculum di artikan jarak yang harus di tempuh oleh pelari. Dari makna yang terkandung berdasarkan rumusan masalah tersebut kurikulum dalam pendidikan di artikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau disekesaikan anak didik. Dalam ungkapan lain, kurikulum adalah program belajar bagi siswa yang disusun secara sistematis dan logis, diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai program belajar, kurikulum adalah niat, rencana atau harapan. Sebagai pengalaman belajar kurikulum bemakna seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asal kegiatan tersebut berada di bawah tanggung jawab guru (sekolah). Yang dimaksud dengan kegiatan itu tidak terbatas pada kegiatan intra muapun ekstra kurikuler. Apa pun yang dilakukan siswa asal saja ada di bawah tanggung jawab dan bimbingan guru itulah kurikulum. Kurikulum 24 jam seperti diterapkan di SMP Boarding Lazuardi Insan Kamil (LIK) berarti seluruh aktivitas siswa dari waktu tidur hingga mereka tidur kembali berada dalam tanggung jawab dan bimbingan sekolah (para guru).
Di SMP Boarding Lazuardi Insan Kamil, proses pendidikan tidak berjalan dengan verbalistik dan berorientasi hanya pada penguasaan mata pelajaran. Pendidikan tidak lagi difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi dari seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Seakan-akan pendidikan bertujuan untuk menguasai mata pelajaran. Yang lebih ditekankan adalah bagaimana para guru membawa para siswa memahami keterkaitan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan. Inilah yang menjadi perhatian besar sekolah Boarding LIK. Pendidikan pun tidak lagi terlepas dari kehidupan keseharian. Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Harapannya, para siswa dapat mengetahui manfaat apa yang dipelajari dan sampai lulus nanti. Mereka akan tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi.
Untuk mewujudkan harapan tersebut, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah agar pendidikan dapat membekali para siswa dengan kecakapan hidup, yaitu kemampuan dan keberanian menghadapi problema kehidupan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan yang dapat mensinergikan berbagai mata pelajaran/mata diklat/mata-kuliah menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, di manapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya.
Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya. Para siswa tidak hanya belajar teori belaka, tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema kdehidupan sehari-hari. Mereka dibekali learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, merujuk pada empat pilar pendidikan ajuan UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learing to live together.
Di Indonesia kini muncul apa yang disebut dengan Kurikulum berbasis kompetensi. Yaitu pendidikan yang menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreatifitas, kesehatan, akhlak, ketakwaan, dan kewarganegaraan. Konsekwensinya adalah perlunya pengembangan silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill (Depdiknas, 2003, Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004).
Life skill yang dimaksud secara umum meliputi general skills dan specific skill. General skill terdiri dari self awareness (kesadaran diri), thinking skill (keterampilan berfikir), dan social skills (keterampilan sosial). Sedangkan spesific skills terdiri dari academic skills (keterampilan akademik) dan vocational skill (keterampilan kejuruan atau keterampilan tugas tertentu).
Secara khusus, life skill yang dimaksud dan dibekalkan kepada para siswa SMP Boarding LIK terdiri dari dua bagian utama; relation with God (hablum minallah) dan relation with human (hablum minannas). Hablum minallah terkait dengan praktek-praktek formal ibadah harian; shalat, puasa, haji, zakat, dll dengan seluruh prosedurnya yang dilandasi dua kalimat syahadat, tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Adapun life skill hablum minannas terdiri dari banyak sekali bagian yang mungkin akan terus bertambah sesuai dengan kebutuhan relation shif antar sesama manusia; personal skill dan sosial skill. Personal skill terdiri dari thinking skill dan self awarness (life attitude), dan sosial skill terdiri dari collaboration skill, comunication skill, profesional skill, langugae skill (foreign language), dan IT skill.
Keduanya; hablum minallah dan hablum minan nas sama-sama berorientasi pada penghambaan (ibadadah) kepada Allah Swt guna memperolehan keridhaan-Nya. Keduanya memiliki keterkaitan yang sangat erat dan tak dapat dipisahkan. Karenanya kita harus memperhatikan keseimbangan antara keduanya. Tidak lebih fokus kepada salah satu dan kurang perhatian kepada yang lainnya.

hasan mawardi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar